Siti Khadijah binti Khuwailid
Siti Khadijah binti Khuwailid merupakan putri dari seorang terpandang di suku quraisy. Beliau adalah wanita yang cerdas, tangguh dan berperangai luhur. Yang memiliki panggilan sebagai Ratu Mekkah dan At-Thahirah karena kekayaannya dan reputasinya yang tiada cacat. Khadijah adalah wanita pertama yang memeluk islam pada zaman rasulullah.
Beliau pertama kali bertemu dengan Rasulullah s.a.w ketika Rasulullah berkerja (mengelola) barang dagangan miliknya. Karena sifat Rasulullah yang sangat baik dengan kejujuran, budi pekerti yang luhur, dan kemampuan yang dimiliki Rasul, membuat Khadijah menaruh hati pada pemuda yang berusia terpaut jauh darinya. Khadijah yang berstatus janda pun melamar dan menikahi nabi Muhammad yang seorang pemuda dengan mas kawin 20 ekor unta muda. Pada saat itu Khadijah berusia 40 tahun sedangkan Rasul baru berusia 25 tahun, namun umur tidak masalah baginya, terlebih lagi pada saat itu nabi Muhammad tidak memiliki apa-apa.
Siti Khadijah adalah cerminan istri yang sungguh sholihah. Beliau selalu menyayangi dan menyemangati suaminya dikala nabi Muhammad sedang berjuang di jalan Allah dalam mengemban tugas sebagai seorang nabi dan rasul. Beliau adalah seorang yang dermawan kepada siapa pun, beliau bahkan sanggup menyerahkan seluruh hartanya untuk kepentingan dakwah rasulullah.
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Dia (Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku."
Khadijah mendampingi nabi Muhammad selama 26 tahun, yaitu 16 tahun sebelum dilantik menjadi nabi, dan 10 tahun setelah masa kenabian. Beliau adalah istri tunggal, tiada duanya, dan bercerai karena kematian. Tahun wafatnya disebut sebagai Tahun Kesedihan oleh baginda rasul s.a.w.
Walaupun nabi Muhammad s.a.w. sangat mencintai Aisyah r.a, namun cinta beliau kepada Siti Khadijah r.a. pada hakekatnya melebihi cintanya beliau kepada Aisyah r.a, bahkan cinta itu melebihi semua cinta yang dikenal umat manusia terhadap lawan jenisnya.
Sangat besar rasa cintanya Rasulullah kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, "Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Maka aku pun berkata kepadanya, "Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah!" Maka berkatalah Rasulullah, "Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapatkan anak."
Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, "Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya?" (maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Beliau pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, "Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepada anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain." Maka aku (Aisyah r.a.) berkata dalam hati, "Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya."
Ketika Aisyah ingin menampakkan kelebihannya atas Khadijah, beliau berkata kepada Fatimah r.a, putri Nabi dari Khadijah ra.: "Aku gadis ketika dinikahi ayahmu sedang ibumu adalah janda ketika dinikahi ayahmu." Rasul s.a.w. yang mendengar ucapan ini dari putrinya yang mengeluh bersabda: "Sampaikanlah kepadanya 'Ibuku (Khadijah r.a.) lebih hebat dari engkau, beliau menikahi ayahku yang jejaka, sedang engkau menikahinya saat beliau duda."
Disamping itu Rasulullah tidak memadu Khadijah dengan wanita lain, sedang semua istri selainnya dimadu.Teman-teman Khadiijah pun masih diingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.
Ketika Fath Makkah, yakni hari keberhasilan rasul saw memasuki kota Mekkah bersama kaum Muslim, beliau berkunjung ke lokasi rumah Khadijah ra., karena rumah itu sendiri telah tiada. Beliau juga-pada hari itu- menyendiri, di tengah kesibukan bersama pasukan kaum Muslim, dengan seorang wanita tua sambil bercakap-cakap dengan wajah berseri-seri. Aisyah r.a. yang melihat hal tersebut bertanya:"Siapa orang itu dan apa yang dibicarakannya?" Ternyata wanita tua itu sobat karib Khadijah ra dan pembicaraan Nabi saw dengannya berkisar pada kenangan manis masa lalu.
Gerak langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah ra pun terus segar dalam benak dan pikiran beliau. Suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar:"Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang datang adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah r.a.) dan ternyata dugaan beliau benar."
Begitu besar rasa cinta Khadijah kepada baginda Nabi begitu pula sebaliknya. Menjadi istri yang shalihah untuk Nabi, ikut berjuang dengan Nabi hingga merasakan kepahitan yang teramat, selalu mendukung dan menyemangati Nabi Muhammad dalam dakwahnya. Seorang wanita hebat yang selalu diingat oleh rasul bahkan menjadikan tahun kewafatan Khadijah sebagai tahun kesedihan beliau.